Penggunaan Kekuatan Satuan Brimob Polda Maluku Utara Terhadap Penanganan Konflik Toboko Mangga Dua Di Kota Ternate

Abstract

Latar belakang permasalahan penelitian ini dilihat dari situasi yang ada, secara deskripsi terjadinya konflik antar kelurahan Toboko-Mangga Dua di wilayah hukum Polres Ternate yakni adanya para pemuda dengan berbagai macam kelompok yang ada memunculkan peluang terjadi perkelahian yang berujung pada situasi anarkis pada wilayah Ternate. Dikarenakan adanya perselisihan yang sebenarnya tidak besar masalahnya namun dari kebiasaan yang selalu menkonsumsi minuman keras. Maka penulis melihat secara deskripsinya yaitu pada konflik atau keributan berakhir dengan situasi massa yang anarkis.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan konseptual kepustakaan yaitu Konsep Ilmu Kepolisian, Konsep Penggunaan Kekuatan, Teori konflik, Teori Manajemen, dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Konflik dilatarbelakangi karena adanya kesalahpahaman diantaranya dan disebabkan karena pengaruh minuman keras dan dendam lama yang belum terselesaikan; (2) Anggota Satuan Brimob menggunakan tahap 6 penggunaan kekuatan dengan senjata api dengan mendasar pada Perkap, Protap, dan SOP serta Juklak dan Juknis tentang tahapan Penggunaan Kekuatan dalam tindakan kepolisian secara umum; (3) Faktor faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung meliputi, pemahaman anggota Perkap, Protap, dan SOP serta Juklak dan Juknis tentang tahapan Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian, Pendidikan Kejuruan yang menunjang pelaksanaan tugas anggota, serta kemampuan pemimpin dalam memberikan APP. Faktor penghambat, meliputi terbatasnya personel serta sarana dan prasarana yang digunakan saat penanganan konflik sosial di wilayah kota Ternate.

Penelitian ini memberikan rekomendasi, yaitu Satuan Brimob memakai fungsi Intel yang ada di Brimob (4 Personel) untuk melihat dan melaporkan kirka Intelejen di wilayah konflik guna memberikan informasi kepada pimpinan Brimob bagaiamana situasi riil di lapangan.